IBU dan Kasih Sayangnya
Ada satu pertaruhan yang dihalalkan, dan hanya perempuan lah yang diberi keistinewaan oleh tuhan untuk melakukakannya. Yaitu ketika dia mempertaruhan seluruh nyawanya demi bayi yang akan lahir di dunia. Dia bertaruh dengan rasa sakit seperti patahnya 27 tulang rusuk tubuh manusia. Dia yang merintih kesakitan hanya untuk mengeluarkan gumpalan darah dari dalam perutnya. Dia yang kelak akan dipanggil dengan sebutan Ibu.
Wanita kuat yang akan selalu berusaha dengan cara apa saja hanya untuk membuat buah hatinya bahagia. Tak perduli seberapa banyak keringat yang dia keluarkan, tak perduli seberapa berat rasa sakit yang di terima oleh kedua telinganya. Dia akan tetap berusaha hanya demi anaknya. Buah hati kecilnya. Sumber dari kebahagiaannya.
Kelucuan sang buang hati waktu kecil adalah pemicu semangat untuk dia selalu melawan kejamnya dunia. Bahkan dia akan sangat sedih jika ada sebuah jarum kecil yang melukai tubuh si buah hati. Kekhawatiran itu membuatnya gelisah sepanjang malam ketika si kecil yang beranjak dewasa itu tak kunjung pulang ke pelukannya. Dia hanya takut kalau nanti anaknya yang dia sayangi tersakiti oleh kejamnya dunia. Dia tau itu dan sayangnya, sering dari mereka membantah bahwa, "ibu itu sudah tua. Nggak tau apa-apa. Ini bukan lagi zaman ibu dulu."
Lihat, betapa kejamnya si buah hati yang membentak ibunya dengan kata seperti itu. Membentak seorang wanita yang sudah jelas memberikan lebih dari 100% yang dia punya hanya untuk membuat buah hatinya tersenyum dan bahagia. Betapa perihnya perasaannya kala mendengar itu dari anaknya. Dari sumber semangatnya. Dari kekasih sejatinya.
Saat si anak beranjak menjadi dewasa dan ibu mulai keriput, si anak lebih memilih untuk meninggalkannya. Hidup sendiri. Si anak beranggapan kalau ada mimpi yang harus dikejarnya. Ibu tak lagi sebahagia dulu. Dia harus merasakan derita yang bernama rindu setiap detiknya. Alasannya karena si anak yang jarang sekali kembali membesuknya. Hangat pelukannya sekarang menjadi dingin yang kesepian. Hanya doanya saja yang tetap dilambungkan ke angkasa. Berharap hanya supaya anaknya bisa bahagia.
Ibu adalah sosok manusia paling sempurna sebelum bapak. Dia rela membuka mata 24/7 tanpa dibayar oleh apapun. Dia tak mengharapkan segudang uang untuk bahagia. Dia hanya ingin melihat buah hatinya bahagia. Dan itu lebih dari cukup baginya. Dan dalam akhir hayatnya, sang ibu tak ingin melihat buah hatinya meneteskan sedih air mata hanya untuk menangisinya. Karena ibu selalu bilang, "Nanti kalau tuhan sudah memanggil ibu. Kamu harus tetap tersenyum, jangan nagis. Kita ngga akan berpisah lama. Yang penting kamu harus tetap berdoa kepada tuhan."
Terimakasih ibu. Anakmu ini tidak bisa membalas apa-apa. Dan maaf karena selalu membuatmu menangis setiap malamnya. Semoga dengan pesan yang anak-anakmu langitkan. Dirimu bisa tersenyum bahagia di sisi-Nya.
Komentar