Wanita Yang Kesepian

     Ini tentang wanita yang kesepian. Tentang perasaan yang telah hilang setelah gagal pada sebuah pertaruhan antara dirinya sendiri dengan egonya. Kesepian yang membuat hatinya membeku dalam ruang hampa tanpa cahaya. Sendirian. Tanpa seseorang, yang membuatnya bisa tertawa lega. Teriaknya terhalang oleh dinding-dinding hitam yang mengelilinya. Rantai menenutup rapat jalan keluarnya. Duduk sambil menatap langit dari balik jendela kecil adalah pelampiasannya.

    Bulan demi bulan dia lalui sendirian. Dalam keramaian yang menghampirinya setiap hari, dia berjumpa dengan beberapa orang yang berusaha membuatnya nyaman. Memberikan pelukan yang dia butuhkan. Memberikan kisah yang dia inginkan. Berharap wanita itu bisa kembali seperti yang mereka harapkan. Meski nyatanya, semua itu percuma. Karena yang dia harapkan adalah orang yang dia cintai.

    Wanita itu ingin memeluk cintanya sendiri dalam diri orang yang sama seperti yang dia bayangkan. Meski kisah-kisah persetubuhan yang dia dapatkan dari para pendatang membuatnya sedikit bahagia. Dia masih saja tak merasakan apa-apa. Hanya pelarian dari cerita lama yang tak kunjung sempurna. Satu orang tetap bertahan dengan dia. Memberikan segalanya yang ada hanya untuk wanita itu. Bahkan hal sensitif yang dia jaga selama ini, rela dia berikan untuk si wanita itu.

    Dalam salah satu kamar hotel, wanita itu bertanya kepada orang yang bersamanya tentang, "Kenapa kamu rela kasih semua yang kamu punya hanya untuk saya?"

       "Ini bukan tentang saya, tapi tentang kamu." Kata orang itu.

       "Saya merasa bersalah." Balas wanita itu dengan menundukkan kepalanya.

    "Nggak ada yang salah dengan kita. Karena saya hanya ingin kamu bahagia. Menebus semua kesalahan saya dulu, karena saya tidak bisa hadir lebih cepat untuk menolong kamu."

    "Kamu kenapa tetap berharap pada saya?" Tanya wanita itu sambil menahan air matanya yang hendak jatuh.

     "Saya tidak berharap pada apapun. Termasuk sama kamu. Saya tidak bisa jamin kamu bisa sama saya selamanya. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat, I'll be your home when you need a place to go." Ucap orang itu yang mengusap air mata si wanita yang mulai turun membasahi pipinya.

   Kamar hotel yang dingin itu, memberikan kehangatan dengan peluk dari orang yang bersamanya malam itu. Si wanita yang pasrah dengan keadaannya, mulai menatap tajam wajah orang yang bersamanya. Mendekatkan wajahnya sembari menutup kedua matanya perlahan-lahan. Mereka berdua mulai bercuiman. Melepas lelah yang selama ini mereka hadapi sendiri.

    Semenjak malam itu. Si wanita selalu punya tempat pelariannya sendiri. Bersama dengan orang yang memberikan kehangatan setiap dingin dan resah datang. Mereka bertemu dan bersatu menjadi insan yang sama-sama melampiaskan lelah menjadi sebuah kenikmatan. Dalam satu ruang yang sama. Dalam hati yang berdegup kencang membentuk sebuah irama. Dan dalam pelukan yang menyatukan dua kulit secara bersamaan. Hangat itu hadir dalam sebuah tempat yang sama-sama mereka sebut dengan sebutan rumah.

Komentar

Postingan Populer