Laras (ku)
Jam 11.30 siang, tepat matahari sedang senang-senangnya bersinar memancarkan cahaya nya ke dunia. Di waktu yang sama saya menulis sebuah cerita cinta tendang seorang wanita dengan senyum manisnya. Dia bernama Laras, anak SMA kelas 3A yang sudah dari dulu saya incar. Mungkin sudah mulai saat saya dan dia sekolah di jenjang menengah, SMP lebih tepatnya. Iya saya dan Laras sudah saling kenal semenjak SMP, hanya saja saya selalu takut untuk memulai perbincangan, alhasil saya dan dia hanya sebatas teman untuk bertegur sapa saja.
Tak hanya itu saja, bahkan dia sering sekali menyapa lebih dahulu. Saya akui dia punya nyali daripada saya. Kalau saya lebih suka mengamati dari kejauhan saja. Saya suka dia bukan karena sebuah alasan, saya suka dia karena saya tidak punya alasan untuk tidak menyukainya. Jujur saja, dia terlihat cantik sekali dengan tubuh seperti model majalah internasional, belum lagi tinggi nya hampir menyamai tinggi saya. Omong-omong saya juga tinggi loh. Yah kalo saya kira-kira, saya lebih tinggi dari panjang tongkat pramuka 25 cm lah.
Balik lagi ke Laras, saya suka dia apa adanya. Dia punya kulit putih, wajahnya cantik, tubuh seperti model majalah Internasional, dan belum lagi kalo dia senyum. Ahhh. Saya suka sekali bagian itu, saya merasa setelah melihat dia senyum masalah dalam hidup saya 50% nya teratasi. Bukan hanya itu saja, dalam bidang kepintaran dia nomer satu di kelasnya. Coba bayangkan saja, dari sepuluh mata pelajaran yang ada di sekolah, cuma ada satu mata pelajaran saja yang menurutnya jelek. Kalo saya tidak salah, Matematika-nya cuma dapet angka 80. Padahal bagi kebanyakan siswa di sekolahnya itu sudah masik kategori nilai bagus. Keren kan dia.
Kalo saya sih ngga berharap dia buat suka sama saya, saya hanya berharap agar bisa lihat dia senyum terus aja. Jadi itu sih yang saya harapkan. Salam saya pada para pembaca, jangan sedih ya. Tenang, saya akan berusaha untuk tetap hadir dalam cerita imajinasi yang semoga saja kalian suka. :)
Komentar