Kamu dan Impian Kita
Semakin ke sini, saya semakin timbul sayang sama kamu. Saya kembali dibuat kagum dengan semangat kamu, dengan ambisi kamu, dengan semua yang rela kamu lakukan buat ngejar mimpi-mimpi kamu. Kamu rela nggak tidur berhari-hari buat selesai-in karya kamu. Impian bikin pameran sendiri semakin terbuka lebar kayaknya.
Oh iya, kamu pernah bilang kalau kamu capek. Tapi semua itu bakal segera ke wujud kalo kamu sungguh-sungguh. Dan anehnya, saya yakin kalau kamu bisa sampai ke puncak itu. Menjadi catatan sejarah dalam buku cerita di hidup kamu. Menjadikan semua yang awalnya hanya harap, menjadi kenyataan dan membuat orang yang lihat kamu, seperti punya auranya sendiri.
Saya kembali bertanya kepada diri sendiri. Tentang, ini kamu memang buat saya atau nggak? Atau kamu memang hadir hanya melalui perasaan saja? Semuanya melebur menjadi satu. Kalau saya tulis menjadi sebuah buku, mungkin sudah bisa terbit banyak.
Tapi tau tidak, apa yang menarik. Saya tidak lagi hanya mencintai kamu, tapi kagum itu hadir. Rasa bangga sama kamu itu muncul tiba-tiba. Padahal kita tau kalau kita juga punya tujuan menjadi orang yang bisa berdiri di puncak gunung secara bersama-sama. Mendaki sambil bergandengan tangan. Berjalan dengan langkah yang beriringan. Mendegar nafas letih secara bergantian.
I wish we can, belive it, even the tear comes down. Kamu beri saya pelajaran, bahwa kalau kita berdua bisa jalan sama-sama. Jadi support sistem dari masing-masing masalah yang kita hadapi sama-sama. Cerita tentang kita bakal jadi perjalanan penuh makna sampai waktunya tiba. Sampai waktu dimana kita bisa membaca kisah kita sambil duduk di teras rumah. Itu impian kita berdua.
Selamat ya, pameran kamu lancar. Bisa kolaborasi sama karya orang luar. Makasih buat senyumnya. Makasih buat semangatnya.
Komentar